1.
JENIS PROSEDUR
SUBSTANSIF
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, maka
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih
mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan, yaitu:
a.
Pengujian rinci
atau detail saldo
Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian
detail saldo akun beorientasi pada tujuan spesifik audit. Pengujian detail
saldo akun yang direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan
spesifik audit dengan memuaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat
tahapan, yaitu:
- Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
- Menetapkan risiko pengendalian.
- Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.
- Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan
spesifik audit secara memuaskan.
Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian detail saldo
tersebut, adalah sama untuk setiap akun dalam laporan keuangan. Perancangan
pengujian detail saldo pada umumnya merupakan bagian yang paling sulit
dilakukan. Hal ini disebabkan perancangan pengujian detail saldo memerlukan
pertimbangan profesional yang tinggi.
Bila diantara risiko deteksi yang ditentukan dihubungkan dengan
pengujian rinci saldo yang akan dilakukan maka akan jelas terlihat bahwa
semakin rendah tingkat risiko, semakin rinci dan teliti tindakan yang akan
diambil.
b.
Pengujian
detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
- Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
- Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam
jurnal.
- Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku
besar dan buku pembantu.
Apabila auditor mempunyai keyakinan bahwa transaksi tersebut telah
dicatat dan diposting secara tepat, maka auditor dapat meyakini bahwa saldo
total buku besar adalah benar.
Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan
vouching. Pada pengujian detail transaksi ini, auditor mengarahkan pengujiannya
untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter.
Auditor tidak mengarahkan pengujian detail transaksi ini untuk memperoleh
temuan tentang penyimpangan atas kebijakan dan prosedur pengendalian.
Pada pengujian detail transaksi ini, auditor menggunakan bukti yang
diperoleh untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran saldo akun.
Auditor biasanya menggunakan dokumen yang tersedia pada file klien dalam
pengujian ini. Efektivitas pengujian detail transaksi tergantung pada prosedur
dan dokumen yang digunakan.
Pengujian detail transaksi pada umumnya lebih banyak menyita waktu
daripada prosedur analitis. Oleh karena itu, pengujian ini lebih banyak
membutuhkan biaya daripada prosedur analitis. Meskipun demikian, pengujian
detail transaksi lebih sedikit membutuhkan biaya daripada pengujian detail
saldo.
c.
Prosedur
analitis
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat
atauratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan
harapan yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitik merupakan bagian
penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data
keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan
dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling
sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur
data.
Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang
masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali
jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau
salah saji.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya
pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien.
Pemahaman atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh
karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta
kesimpulan yang diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang
diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor.
Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
- Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit lainnya.
- Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi
tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
- Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review
akhir audit.
Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang
diinginkannya dari pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan
memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur mana, yang
dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur
analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada
asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian
rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.
Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur
analitik dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas,
antara lain:
- Sifat asersi.
- Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.
- Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan
harapan.
- Ketepatan harapan.
d.
Prosedur
Analitik dalam Perencanaan Audit
Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk
membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan
digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu.
Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:
- Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau
peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,
- Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko
tertentu yang bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk
mengidentifikasikan hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak
biasa, dan jumlah, rasio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang
berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.
Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya
menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat
atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas
pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien.
Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas
perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan
buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan.
Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi
analisis lapotan keuangan triwulan yang ekstensif.
2.
PROGRAM AUDIT
SUBSTANTIF
Program audit adalah dokumen yang memuat pernyataan tujuan audit
dan rencana langkah-langkah audit (biasanya dalam bentuk kalimat perintah)
untuk mencapai tujuan audit tersebut. Contoh tujuan audit: untuk mengetahui keberadaan
barang inventaris. Langkah auditnya: Lakukan inventarisasi fisik (stock opname)
barang inventaris, hasilnya dituangkan dalam berita acara.
Penyusunan program audit dilakukan pada tahap persiapan dalam
rangka pengujian dan pengendalian dan pada tahap audit pendahuluan dalam rangka
pengujian transaksi atau saldo-saldo atau pengembangan temuan, sehingga dengan
demikian program audit dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Program audit
untuk pengujian pengendalian, yaitu program audit untuk menguji pengendalian
intern (internal control) yang dijalankan manajemen terkait dengan
informasi/kegiatan yang akan diaudit.
b.
Program audit
untuk pengujian substantif (substative test). Secara sederhana program audit
ini dapat dijelaskan sebagai rencana kerja untuk menguji kesesuaian informasi
yang diuji dengan data pendukungnya.
Pada audit keuangan, program audit untuk pengujian substantif dan
pengujian pengendalian dapat disusun sekaligus, terutama karena standar
penyajian pos-pos laporan keuangan sudah baku sifatnya. Tetapi pada audit
operasional dan audit kepatuhan, program audit substantif biasanya baru bisa
dibuat setelah pengujian pengendalian selesai dilaksanakan, yaitu setelah
auditor mengetahui kelemahan pengendalian/temuan sementara yang perlu
diperdalam.
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif,
yaitu:
a.
Pengajuan
pertanyaan kepada para karyawan terkait dengan kinerja tugas mereka.
b.
Pengamatan atau
observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas.
c.
Menginspeksi
dokumen dan catatan.
d.
Melakukan penghitungan
kembali atau reperforming.
e.
Konfirmasi.
f.
Analisis.
g.
Tracing atau
pengusutan.
h.
Vouching atau
penelusuran.
CREDIT FILE: NIJAR KURNIA ROMDONI
PASSWORD: ptmba.farihinmuhamad.blogspot.com
Post a Comment