1. JENIS-JENIS BUKTI AUDIT
Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam
berbagai kegiatan auditing. Adapun beberapa jenis-jenis yang termasuk kedalam
bukti audit dan dinyatakan sangat penting, diantaranya :
a.
Bukti Fisik.
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh
oleh auditor secara langsung dengan melalui pemeriksaan fisik di dalam proses
audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh
auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat di
dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika
anda tidak perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik.
b.
Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh
auditor melalui perhitungan langsung, contohnya saja footing untuk penjumlahan
vertikal dan cross footing untuk penjumlahan baik secara horizontal ataupun
sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu proses untuk mendapatkannya.
Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu matematis. Adanya
bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam
pembuatan jurnal.
c.
Bukti Perbandingan
Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti
rasio, dimana bukti ini digunakan oleh auditor untuk menghitung rasio
likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal lainnya.
d.
Bukti Dokumenter
Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya
agak aneh jika tidak memiliki bukti dokumenter. Terlepas dari kegiatan yang
tidak terlalu penting layaknya auditing saja memiliki bukti dokumenter. Apalagi
mereka yang masuk ke dalam lingkup audit, selain pencatatan manual.
Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti yang dibuat oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti yang sudah dibuat pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti dokumenter lainnya.
b.
Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa
digunakan oleh auditor sebagai bukti audit. Dimana, catatan ini merupakan hasil
kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber data yang dimaksud merupakan
dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya.
Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan
untuk bukti yang bisa mendukung kegiatan auditing. Terutama karena catatan
merupakan sistem yang sudah pasti dilakukan semua akuntan dimanapun.
c.
Bukti Pengendalian Internal
Bukti pengendalian internal adalah bukti yang
paling kuat ketika melaksanakan audit. Mengapa kuat? karena kuat atau lemahnya
pengendalian internalah seorang auditor bisa mendapatkan banyak bukti yang bisa
dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal cukup tinggi
hal ni berarti resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul
pengendalian cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit.
d.
Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan
tertulis merupakan surat yang telah ditandatangani seorang individu yang bisa
bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai kondisi atau kejadian tertentu,
dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun sumber eksternal
termasuk bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan.
Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat
ini masih akurat dan diperhitungkan kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan
hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional
organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti tertulis
juga dibuat oleh manajemen bisa berasal dari organisasi klien tersebut.
e.
Bukti Lisan atau Wawancara
Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti
selanjutnya adalah hal audit. Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali
berhubungan dengan manusia, sehingga ia memiliki kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk wawancara. Masalah dapat ditanyakan
langsung pada pihak terkait meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen serta
adanya pelaksanaan yang tidak wajar terjadi. Hal ini akan lebih valid jika auditor
tetap melangsungkan wawancara demi mendapat jawaban dan bukti lisan.
f.
Bukti Konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses
untuk memperoleh dan menilai suati komunikasi langsung dari pihak ketiga atas
jawaban permintaan informasi tentang unsur tertentu. Hal ini mungkin sangat
tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak ketiga langsung
baik tulis maupun lisan.
Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki
nilai positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu
terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya diminta
untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang sedang
ditanyakan.
g.
Bukti Analitik
Bukti analitik hampir serupa dengan bukti
perandingan, karena bukti analitik meliputi juga perbandingan atas pos tertentu
antara laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun yang sudah lewat.
Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun
masih menjadi dasar dan acuan untuk pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada
awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan
mendalam.
h.
Bukti Keterangan
Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur
audit merupakan hal yang wajar, dimana hal ini dilakukan oleh auditor terhadap
objek yang sudah dianggap memiliki informasi. Selain itu bukti keterangan ini
didasarkan pada adanya auditor yang memastikan buktinya pada para klien.
i.
Bukti Penelusuran
Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor
mengingat terkadang pengumpulan bukti dilakukan oleh auditor baik menggunakan
dokumen ke catatan akuntansi ataupun sebaliknya. Bukti penelusuran ini
memudahkan para auditor dalam menemukan jenis bukti audit lain.
j.
Bukti Observasi
Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam prosedur audit. Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan bukti.
k.
Bukti Perhitungan
Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah
satu bukti fisik yang terpecah, yang dilakukan dalam auditing. Auditor akan
mendapatkan bukti setelah melakukan counting, tak jarang mereka bahkan
melakukannya sendiri untuk memastikan apakah hasil pekerjaan benar-benar real
atau adanya manipulasi yang tidak diinginkan.
Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail
transaksi, hal ini berguna untuk mendapatkan kebenaran transaksi, ketepatan
otoritas transaksi akuntansi klien dan kebenaran. Jika auditor memiliki
keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat maka auditor
dapat meyakini bahwa saldo total buku besar tentulah benar.
l.
Bukti Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci,
terhadap sebuah dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan serta
menghasilakn bukti untuk mendukung laporan keuangan.Bukti ini dimasukan kedalam
bukti dan prosedur dalam audit.
Bukti
audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan auditan.
Relevansi, ketepatan waktu serta real atau objektif merupakan bukti audit yang
dibutuhkan dan juga diharapkan.
Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan laporannya merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi kesalahan dan berujung pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau auditor itu sendiri. Agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan auditing.
CREDIT FILE: NIJAR KURNIA ROMDONI
PASSWORD: ptmba.farihinmuhamad.blogspot.com
Post a Comment