10 Cara Ampuh Agar Submisi Foto Shutterstock Diterima (Approved)

Sudah cukup lama sejak pertama kali aku memposting Memulai Petualangan dibidang Microstock Bersama Shutterstock, hingga saat ini tercatat submisi foto ku yang diterima sebanya 355 foto dan 4 video (LIHAT PORTOFOLIO KU DISINI).

Image from https://www.pexels.com/@cottonbro/
Pada postingan kali aku akan share pengalamanku tentang bagaimana caranya agar submission kita di Shutterstock dapat diapprove, baiklah tanpa panjang lebar lagi mari kita bahas satu persatu.

  1. Memenuhi technical requirements, ini syarat yang paling mutlak agar submisi kita diterima. Beberapa diantaranya adalah dimensi file harus berukuran minimal 4MP (2000 x 2000 pixel), file format JPG/JPEG/TIFF, dan Color profile sRGB.
  2. Foto/Gambar tidak bernoise, sedikit noise berdasarkan pengalaman ku masih ditoleransi oleh Shutterstock namun pada teorinya gambar yang terpapar nois cukuk rentan untuk direject jadi pastikan gambar kita minim noise. Bagi yang belum tahu noise adalah titik atau bintik (bisa berwarna, bisa juga tidak) yang nampak seperti bercak yang mengotori gambar kita (sehingga gambar kita kurang jelas).
  3. Foto/Gambar tidak boleh blur, maksud blur disini adalah foto yang tidak fokus pada satu titik atau titik yang dianggap harusnya fokus tapi malah blur. Jadi intinya foto harus terlihat jelas (tajam/tidak soft). Beda halnya dengan background blur/bokeh yang diperbolehkan (akan tetapi kita juga disarankan menuliskan selective focuse atau blur background pada deskripsi foto kita).
  4. Foto/Gambar tidak sama dengan aset yang sudah kita upload sebelumnya. Similar content adalah permasalahan lain untuk foto/gambar yang nampak sama (tidak mesti sama persis/identik). Jadi jika ingin diapprove pastikan kita membedakan angle dan komposisi foto/gambar kita.
  5. Menentukan jenis submisi yang benar. Ada 2 jenis submisi di shutterstock (Commercial dan Editorial), singkatnya commercial adalah jenis submisi yang filenya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan sedangkan editorial hanya membolehkan file/foto dijadikan bahan artikel/berita. Untuk submisi commercial foto kita tidak boleh menganduk merek atau wajah yang dikenali (jika ada maka kita memerlukan model release), sedangkan untuk editorial kita tidak perlu memusingkan hal ini.
  6. Menulis judul/deskripsi yang benar, berkaitan dengan poin sebelumnya ada dua perbedaan mendasar untuk penulisan judul/deskripsi dimana untuk editorial kita harus menuliskan tanggal dan alamat lokasi/tempat foto diambil, sedangkan commercial tidak perlu. Selain itu gunakan bahasa inggis (jika perlu silahkan gunakan bahasa indonesia untuk istilah tertentu).
  7. Foto/Gambar terlalu gelap atau terlalu terang, ini adalah permasalahan eksposur dimana seharusnya foto atau gambar menunjukan kondisi cahaya yang seimbang, jadi sebelum upload pastikan foto kita sudah proper eksposur (tidak terlalu gelap/terlalu terang).
  8. Pastikan menggunakan keyword yang relevan. Kita diberikan keleuasaan untuk mengisi 50 keyword yang ada hubungannya dengan foto yang kita upload, jika ada keyword yang tidak sesuai maka kemungkinan besar foto kita akan di reject, dan jangan lupa gunakan keyword yang general (hindari penggunaan nama merek).
  9. Pastikan foto tidak mengandung Intellectual Property, ini sebenarnya masalah yang hampir sama dengan poin ke-5 namun disini yang menjadi titik permasalahan adalah kekayaan intelektual seseorang (bukan munculnya seseorang dalam foto kita), jadi pastikan foto kita tidak mengandung berbagai macam hal yang menyangkut poin ini (namun jika kita mampu memberikan property releases dari pemegang hak maka ini bukan lagi masalah).
  10. Pastikan teks pada foto/gambar sesuai dengan grammar, ini berlaku jika aset yang kita upload ada tulisannya jadi jika tidak maka kita tidak perlu khawatir.

Demikian postingan kali ini, semoga informasinya membantu. Terimakasih telah berkunjung, sampai jumpa di postingan berikutnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post