Process Costing (Akuntansi Manajemen)

Image from https://pixabay.com/users/gdakaska-1113303/

1.1.  Pengertian

Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya dikeluarkan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi sebulan itu.

1.2.  Karakteristik

a.    Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus (intermitten);

b.   Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);

c.    Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory).

1.3.  Aliran Produk

a.    Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);

b.   Metode rata-rata (Average Method).

1.4.  Unit Ekuivalensi

Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan, pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit tersebut.

1.5.  Perhitungan Biaya Per Departemen

Dalam perhitungan menggunakan metode biaya proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan kepada bagian produksi.

1.6.  Laporan Biaya Produksi

Laporan Biaya Produksi sebaiknya memuat perincian berikut :

a.    Biaya total dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari satu atau beberapa departemen lain

b.   Biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang ditambahkan oleh departemen tersebut

c.    Biaya dari persediaan dalam proses awal dan akhir

d.   Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi

1.7.  Penambahan bahan

Penambahan bahan dapat menyebabkan kenaikan biaya per unit atau unit yang dipertanggung-jawabkan. Kenaikan unit yang dipertanggung-jawabkan yang berasal dari penambahan bahan mengharuskan untuk menghitung kembali biaya per unit departemen sebelumnya dan kemudian menyebarkan biaya ini kepada unit yang bertambah itu.

1.8.  Produk hilang

a.    Produk hilang pada awal proses : Produk hilang pada awal proses belum ikut menyerap biaya produksi yang terjadi pada masing-masing departemen, sehingga tidak diikutkan dalam perhitungan ekuivalen.

b.   Produk hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang terjadi pada masing-masing departemen, sehingga harus diikutkan dalam perhitungan ekuivalen, baik dalam departemen produksi pertama maupundepartemen produksi berikutnya.

1.9.  Produk Rusak

a.    Produk rusak normal, terjadi dalam kondisi operasi yang efisien dan tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek dan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya produk.

b.   Produk rusak tidak normal yang menyebabkan kerugian melebihi atau di atas perkiraan dalam kondisi operasi yang efisien dan dibebankan sebagai kerugian dalam periode berjalan.

Biasanya produk rusak ditemukan pada akhir proses dengan demikian ia telah menyerap biaya produksi sehingga harus dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen.

1.10.   Produk Cacat

Produk cacat  adalah produk yang tidak sesuai standar dan masih dapat diperbaiki. Maka membutuhkan biaya perbaikan., dapat berupa biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Persoalannya adalah perlakuan atas biaya perbaikan tersebut. Produk cacat masuk dalam perhitungan unit ekuivalen.

Produk cacat dapat bersifat normal ataupun tidak normal.  Perlakuan atas biaya tambahan adalah sebagai  berikut :

a.    Cacat normal  : biaya perbaikan  akan menambah biaya produksi.

b.   Cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk cacat. Biaya produksi tidak bertambah.

1.11.   Kalkulasi Metode FIFO

Dalam metode ini, biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya yang ditambahkan pada periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru. Metode ini menghasilkan 2 angka biaya per unit:

Persediaan awal barang dalam proses yang diselesaikan;

Unit yang dimulai dan diselesaikan dalam periode yang sama.

Biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai satu angka terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit persediaan awal ditambahkan kebiaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya.

1.12.   Kalkulasi Metode Rata-rata (Average)

Dalam kalkulasi atau penetapan biaya rata-rata dalam hal ini, berarti bahwa biaya persediaan awal barang dalam proses digabungkan dengan periode yang baru. Kemudian biaya unit-unit yang ditransfer ke departemen berikutnya dihitung melalui perkalian jumlah unit yang ditransfer dengan biaya akhir per unit.

Dalam metode rata-rata biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan biaya bahan, pekerja dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya per unit akan ditentukan dengan membagi biaya-biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit-unit serta biayanya kemudian ditransfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.

Post a Comment

Previous Post Next Post